RSS

Arsip Bulanan: Agustus 2007

Ready To Quit Smoking Habit?

 

 

 

“Arini, perempuan 24 tahun. Sebagai perempuan, dia terlihat lebih kurus daripada teman lain yang seusia dengannya. Tinggi 170 cm, tapi beratnya cuma 45 kg. Bukankah itu kurus langsing dan tipis?

Kenapa Arini bisa sekurus itu? Ternyata Arini memang perokok berat. Ia mulai merokok sejak kelas 2 SMP. Jadi kira-kira sudah 11 tahun dia merokok. Arini kuat merokok karena dia pikir rokok bisa membantunya konsentrasi dalam bekerja. Tapi, beberapa hari ini dia tidak kelihatan. Dia diopname karena kanker paru-paru.

Suka tidak suka, vonis penyakit itu yang memutus rantai persahabatan Arini dengan rokok. Sesal kemudian tidak berguna. Itu yang sekarang Arini rasakan sobat GoGirl! Seandainya dulu dia mau menuruti perkataan Ibunya, seandainya dulu dia tidak mencoba sebatang, seandainya, seandainya, dan seandainya yang lain.

Satu diantara kita mungkin berada dalam posisi Arini. Lantas, haruskah kita memutuskan berhenti merokok setelah bernasib sama dengan Arini? Absolutely No!!! Kita bisa dari sekarang menyatakan perang dengan rokok. Ada 10 alasan kuat yang bisa membantu kita untuk sadar, ngerokok itu tuh gak ada keren-kerennya, dan gak ada untungnya buat tubuh kita.

Kesehatan vs Ekonomi

Setiap satu menit, satu orang meninggal karena efek negatif rokok. Ini bukan hal yang patut dianggap enteng. Di dalam rokok, terkandung lebih dari 3000 zat kimia. Dari jumlah itu, 43 diantaranya merupakan zat karsinogenik. Ada tiga komponen zat utama yang memicu kanker, yaitu nikotin, tar dan karbon monoksida.

Pada tahun 1942, Dr. Lenox Jhonston membuktikan nikotin sebagai zat adiktif golongan mood altering drugs (kategori obat penenang). Nikotin menimbulkan rasa tenang, sebagai senyawa alkaloid dalam tembakau, nikotin mampu menembus aliran darah otak, bereaksi di sistem saraf pusat dan mempengaruhi kerja beberapa bagian tubuh kita. Zat inilah yang kemudian menyebabkan kaum perokok kecanduan.

Tar sendiri beresiko untuk menyebabkan kanker, sedangkan karbon monoksida yang terbentuk saat pembakaran kertas pembungkus, menyebabkan suplai oksigen ke seluruh tubuh terhambat. Tidak heran bila perokok rentan terhadap penyakit saluran pernapasan, radang mulut, pilek, batuk dan amandel.

Itu baru penyakit yang ringan lho. Efek jangka panjangnya adalah stroke, kanker dan penyakit jantung yang beresiko 4x lebih besar dari yang tidak merokok. Dari semua akibat itu, yang perlu diwaspadai dari efek merokok adalah terjadinya serangan otak (demensia). Ini akan menimbulkan kelumpuhan, dengan gejala awal kesulitan bicara, pusing sebelah, kesadaran turun, mudah lupa, kehilangan inisiatif dan sebagainya.

WHO sendiri mengemukakan, trend konsumsi tembakau mengalami kenaikan, dari 68% (1996), menjadi 72% (2001). Dan pada 2020, hampir 50% (sekitar 4,2 juta jiwa) kematian akibat tembakau kemungkinan akan terjadi di Asia, khususnya di negara berkembang, seperti Indonesia.

Ironisnya, kesehatan selalu berbenturan dengan keadaan ekonomi suatu negara. Di Indonesia, orang miskin justru mengalokasikan 9% total pendapatannya untuk rokok. Dan karena industri rokok, devisa negara meningkat sebesar Rp. 27 trilyun di tahun 2004. Apa yang akan terjadi bila pemerintah menutup pabrik rokok? Dipastikan akan banyak sekali warga yang kehilangan pekerjaan..

Tapi sebenarnya kalau mau dihitung-hitung, devisa itu hanya ilusi belaka sobat GoGirl. Biaya kesehatan yang ditanggung oleh Pemerintah dan masyarakat akan sebesar 3 kali lipat dari cukai rokok yang didapatkan. Jadi, kalau cukainya Rp. 27 trilyun maka biaya kesehatannya sebesar Rp. 81 trilyun (alias defisit).

Membakar duit?

Konon katanya, budget rokok tidak akan menghancurkan jatah duit bulanan. Ini karena uang rokok dianggap menggantikan jatah makan harian. Padahal, perokok sendiri menganut istilah “Si KonDOm” (SItuasi, KONdisi, dan DOMpet). Dan mau disembunyikan sepintar apapun, kaum perokok nyatanya juga sering mengalami masalah keuangan lho.

Mungkin kalau cuma sebatang/dua batang belum keitung mahal, tapi kalau sudah berbungkus-bungkus sehari, siapa juga yang masih sok PD bilang rokok itu murah?

Viga misalnya, mengakui dirinya sebagai perokok berat. Dirinya mengakui, rokok itungannya bukan lagi ngebakar duit, tapi udah bikin api unggun pake duit.

“Gua kemaren check ada cerutu cohiba.. yang satu kotak isi 40 linting dijual seharga $20.000 shit man!! berarti one piece about $500 !!! sekali isep bakar duit almost 5 million rupiah! shitttt…” ujarnya.

Padahal kalo ditabung, itung-itung Macbook pasti udah ditangan kan?!

Peduli dengan Orang Lain

Satu hembusan napas perokok sangat berbahaya bagi orang yang tidak merokok (perokok pasif). Untuk usia di bawah 16 tahun, rokok mampu menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan, bahkan hingga asma. Sedangkan untuk kategori usia di atas 16 tahun, asap rokok yang dihisap terus menerus dan dalam waktu yang lama akan menyebabkan kanker paru-paru.

Padahal, dalam scope internasional, sudah dicanangkan sebuah konvensi yaitu The Framework of Convention on Tobacco Control (FCTC) yang menjadi dasar hukum internasional untuk mengontrol peredaran tembakau dan rokok di seluruh dunia. Dalam konvensi tersebut, ditandatangani ketentuan terkait masalah rokok, termasuk larangan penjualan rokok bebas di sembarang tempat, khususnya kepada remaja berusia di bawah 18 tahun.

Di Indonesia sendiri, penerapan FCTC ini agaknya akan membutuhkan waktu lama. Buktinya, PP No. 19/2003 mengenai pelarangan merokok ditempat umum tidak berjalan efektif. Lagi-lagi semua itu karena terbentur dengan aset industri rokok sebagai tulang punggung penerimaan negara dan penyerap tenaga kerja.

The Gateway of Drugs

Satu hilang seribu berbilang. Rokok disebut-sebut sebagai gerbang utama para junkies. Asumi ini lahir dari 90% pecandu narkoba berawal dari perokok aktif. Alasannya simple, ingin efek yang lebih hebat dari sebatas rokok. Menurut The Community of Bioethics and Anti Tobacco –COMBAT- Indonesia, tingkat usia yang paling rawan disusupi barang laknat narkotika adalah usia dibawah 29 tahun. Di tingkat sekolah, level SMP adalah “pintu pertama” dari gateway drugs, dimana rata-rata usia sekolah tersebut berperilaku serba ingin mencoba-coba sesuatu dan usia krisis identitas.

Itulah rokok dan segala macam bahaya di dalamnya. Agak mengerikan juga bukan? Sobat Gogirls nggak mau kan terjerat dengan rokok, yang nantinya bisa mengarah ke konsumsi drugs?

Ingat Keluarga

Dampak ini akan berpengaruh ketika kita memutuskan untuk berumah tangga nanti. Racun dalam rokok akan menyebabkan kita susah untuk memiliki keturunan, dapat menyebabkan keguguran, kelainan pada janin, ataupun melahirkan dengan kondisi bayi tidak sempurna-alias prematur.

Dan kita yang memutuskan untuk menikahi pria perokok, maka resiko terkena kanker paru mencapai 20 sampai 30 persen lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang pasangannya tidak merokok. Jadi, sudah siapkan untuk meninggalkan rokok dari sekarang dan mengkampanyekan anti rokok bagi pasangan kita juga!

Teladan Buruk

Tjandra Yoga Aditama, Direktur Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, menuturkan “kemungkinan menjadi perokok pada anak-anak akan lebih tinggi pada orangtua yang satu atau keduanya perokok. Di Amerika misalnya, remaja perokok lima kali lebih banyak pada mereka yang orangtuanya perokok dibandingkan dengan orangtua yang tidak merokok.”

Ini membuktikan bahwa merokok menimbulkan tauladan buruk bagi anak remaja, yang masih mencari identitas baru bagi pergaulan, dan sangat gampang tergiur dengan pengaruh iklan rokok di mana-mana.

PD Terus Tanpa Rokok

Alasan untuk mencoba menghisap rokok macam-macam. Ada yang karena gengsi, gaya hidup, iseng, atau hanya ingin terlihat macho dan gaul. Bahkan menurut data The Federal Office on Smoking and Health, setiap harinya ada 6000 remaja yang baru merokok sedangkan 3000 remaja tadi kemudian menjadi perokok aktif.

Karena itu banyak perusahaan rokok yang membidik kaum muda. Tahukah GoGirl kalau Philip Morris membayar USD 42,000 dalam film Superman II agar sang manusia baja tersebut menghancurkan sebuah truk Marlboro? Suka tidak suka, usaha tersebut cukup berhasil menggaet remaja untuk mencicipi rokok.

Tapi sebagai remaja, sadarkah kita bahwa alasan coba-coba karena gengsi justru menjadikan kita makin tidak PD. Bau mulut dan pakaian, plak hitam pada gigi, wajah kusam dan muncul banyak kerutan. Mungkin awalnya kita tidak peduli, tapi siapa juga yang tetap tidak perduli kalau ada orang yang nyeletuk bilang kita sebagai ‘tante’ atau ‘ibu’? padahal kita sepantasnya disebut ‘kak’?

Motivasi Dari Sang Doi

Love can defeat all bariers, including smoking habit. Yup, bener banget kalau salah satu alasan untuk berhenti merokok tidak lepas dari dorongan orang yang kita sayangi. Walau tidak jarang ditemui, alasan kita meninggalkan rokok karena sang doi mengancam untuk putus.

Sekarang ini, udah gak jaman ber-ngebul-ria. Kita justru serba salah kalau begitu sudah membuka tas, mengambil bungkusan rokok, mengeluarkannya sebatang dan mematiknya dengan api lalu mengebulkan asapnya ke udara, sementara sang pacar dengan sigap beraksi tutup hidung. Isapan rokok kedua sudah tidak terasa nikmat karena perasaan bersalah dengan sang pacar. Akhirnya boro-boro menghayati, justru rokok dihabiskan segera mungkin.

Agus misalnya, menyadari bahwa setiap dia mulai menyalakan rokok, sang pacar sudah mulai menjauh dan menutup hidungnya dengan sebuah tissue.

“Emang sih doi gak pernah bilang pantang punya pacar merokok, tapi dari sikap kelihatan kalau doi emang gak suka. Berhubung udah terlanjur sayang, makin ke sini gw juga udah gak sebanyak dulu ngerokoknya. Untung juga sih buat gw. Setidaknya duit sisa bisa gw beliin kado romantis,” ujar Agus.

Kebakaran

Memang sih kasus ini paling jarang ditemui. Kalau diitung-itung mungkin juga menjadi kasus yang paling bontot dapat sorotan publik karena jaman sekarang orang memang sudah lebih aware untuk meletakkan puntung rokok pada asbak. Apalagi untuk kehidupan urban yang dipadati dengan kegiatan di kantor, kampus dan mall yang selalu dipasangi tanda ‘not smoking area’. Tapi tetap saja, ini perlu menjadi perhatian kita semua.

Atau kalau kurang mengesankan, paling tidak ada orang yang marah-marah kepada kita karena tersulut rokok atau ketiban abunya. Bahkan, kita pasti ingat sudah berapa celana atau baju kita yang bolong karena rokok. Kalau jeans-sytle sekarang emang lagi jamannya robek-robek, tetep aja jeans bolong karena rokok tidak akan pernah menjadi mode kan?.

Sama Sekali Bukan Tindakan Cerdas

Ketika menyalakan rokok, dalam benak sudah terlintas penyakit seperti kanker paru-paru, kanker tenggorokan dan penyakit jantung; akan menunggu kita beberapa tahun mendatang. Dan kita pun tahu, ada beribu alasan yang bisa mendorong kita untuk menghentikan kecanduan nikotin ini. Tapi pertanyaanya kemudian, kenapa masih kita lakukan?

Mungkin efek withdrawal dari berhenti rokoklah yang menyebabkan kita sukar untuk meninggalkannya sama sekali. Entah itu berbagai keluhan seperti batuk-batuk, pusing, sulit tidur, keluar keringat di malam hari, timbul rasa pahit dan asam di mulut.

Tapi sekali lagi, semua itu tentang pilihan hidup. Mau dibilang sok suci, atau gak have fun-lah, toh pilihan untuk berhenti merokok tidak akan menjauhkan dan merugikan teman-teman kita. Selama rasa soulmate masih ada, kita gak perlu takut kehilangan teman kok.

Sepuluh alasan itu semoga bisa menjadi your best shot to stop smoking. Gak gampang memang, tapi worthed to try lho….

 
1 Komentar

Ditulis oleh pada Agustus 10, 2007 inci Uncategorized